Senin, 22 Agustus 2016

Rukun Baiat



Assalamu’alaikum wr wb
Segala puji hanyalah milih Allah, Rabb Semesta Alam, yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya, mengatur segala urusan hamba-hamba-Nya, dan mengaruniakan kefahaman islam atas diri-diri kita. Shalawat serta salam tak lupa kita sanjung agungkan kepada Rasulullah SAW, yang telah mengajak kita dari zaman jahiliyah (kebodohan) menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya islam sampai saat ini. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan tentang rukun baiat.
            “Dan katakanlah (wahai Muhammad):  Bekerjalah kamu (akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Dia menerangkan kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan. (Al-Taubah: 105).
Saudaraku, seperti yang telah Allah kabarkan kepada kita untuk senantiasa bekerja, melakukan sesuatu dan tidak diam saja. Baik itu dalam hal memperoleh rezeki, kefahaman agama, maupun berbagai hal lainnya. Dalam bekerja, dimanapun itu berada kita pasti akan terikat ke dalam aturan-aturan yang ada di tempat tersebut. Kita dituntut untuk senantiasa menjaga apa yang sudah menjadi perjanjian atau kesepakatan kita atas pekerjaan kita.
Saudaraku, beberapa dari kita mungkin sudah mengenal tentang “baiat”. Ibnu Khuldun menyampaikan baiat adalah perjanjian untuk taat, di mana orang yang berbai’at bersumpah setia kepada pemimpinnya, bahwa ia akan menyelamatkan pandangan-pandangan yang diembannya dari pemimpin, baik berupa perintah yang disenangi maupun yang tidak disenangi.
Adapun pengertian baiat yang lain dari Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris menyampaikan bai’at adalah menyatakan janji dari orang yang berbai’at untuk mendengar, taat kepada pemimpin, baik dalam hal yang menyenangkan maupun pada hal yang tidak disukai, kesulitan, kemudahan, loyal kepada pemimpin, dan mempercayakan segala urusan kepadanya.
Dan masih banyak pengertian dari berbagai sumber lainnya tentang baiat itu sendiri, bahwasanya baiat itu merupakan perjanjian antar kedua belah pihak atas kesepakatan yang telah dibuat yang keduanya saling menjaga dan tidak ingkar terhadap kesepakatan itu sendiri, baik nantinya perkara itu yang disenangi ataupun sebaliknya. Sungguh, baiat itu sangatlah penting dan perlu kita pelajari bersama maksud darinya.
Dalam hal bekerja, seorang bawahan hendaknya berbaiat kepada atasannya untuk berjanji akan mendengar, taat, dan loyal kepada atasannya. Itu semua bukanlah semata-mata perjanjian biasa, tetapi demi mencapai kemaslahatan bersama.
Betapa pentingnya baiat ini, sungguh bukanlah ia menjadikan permusuhan, melainkan ketenangan bagi semuanya. Betapa itu semua sudah dicontohkan oleh para sahabat Rasuullah SAW pada kala itu yang telah berbaiat kepada beliau. Begitu luar biasanya ketaatan, loyalitas, dan kepatuhan mereka kepada Rasulullah. Tidak ada ketaatan yang lain atas mereka kecuali itu semua adalah perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam baiat itu sendiri memiliki 10 rukun baiat yang perlu kita pelajari bersama. Kesepuluh rukun baiat itu adalah faham, ikhlas, amal, jihad, berkorban (tadhiyah), taat, thabat, tajarrud, bersaudara (ukhuwwah), dan tsiqoh. Untuk lebih memahami kesepuluh rukun tersebut, mari kita pelajari satu persatunya.

Rukun baiat yang pertama yaitu faham. Faham yang dimaksudkan disini adaah keyakinan fikrah atau gagasan kita adalah sepenuhnya berlandaskan Islam. Tidak ada hal apapun itu yang tidak berlandaskan islam, semuanya kita kembalikan kepada Al quran dan hadist. Tidak diperkenankan kepada kita untuk mengambil sumber dari ide-ide, gagasan kita itu selain dari Al-Qur’an dan Al Hadits.

Rukun yang kedua adalah ikhlas. “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya, dan dengan yang demikian saja aku diperintahkan”. (Al-An‘am: 162-163).  Ikhlas ialah seperti yang telah ada dalam firman-Nya yaitu melaksanakan apa-apa yang kita kerjakan itu semata-mata hanyalah untuk Allah SWT. Tidaklah itu kita lakukan untuk mengharapkan imbalan, ataupun balasan dari selain-Nya. Sungguh, itu memang bukanlah hal yang mudah dan bukan pula kita tidak bisa menjalankannya. Semoga kita dapat menjadi hamba-hamba yang senantiasa ikhlas atas segala yang telah ditetapkan-Nya.
Rukun yang ketiga yaitu amal. Apa yang terbersit dalam pikiran kita saat muncul kata “amal” itu sendiri. Amal ialah sesuatu yang merupakan buah dari kerja-kerja dan keikhlasan kita. “Dan katakanlah (wahai Muhammad): Beramallah kamu (akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Ia menerangkan kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan. (Al-Taubah: 105). Cukuplah hanya Allah saja yang akan menilai amal-amal kita, maka takkan ada keraguan dalam hati untuk selalu beramal.
Rukun yang keempat yaitu jihad. Kita memang bukanlah hidup di zaman untuk mengangkat senjata dan berhadapan langsung dengan musuh. Sungguh salah ketika kita menganggap berjihad itu semata-mata hanyalah mengangkat senjata dan berlaga di medan tempur. Bukan saudaraku, tidaklah hanya sekelumit itu persoalan jihad ini. Setiap zaman itu memiliki masa nya sendiri, pun dengan jihad itu sendiri. Kita telah hidup di zaman yang banyak kemudahan yang telah Allah SWT karuniakan kepada kita. Seorang penulis yang dihatinya tertanam niat berjihad kepada Rabb nya, maka ia pena yang tajam sebagai senjatanya untuk menuliskan kebenaran itu tanpa rasa ragu dihatinya. Seorang guru yang menempuh perjalanan nun jauh di pelosok negerinya, sungguh ia pun telah berjihad di jalan Allah SWT. Dimanapun kita berada, apapun aktifitas yang kita lakukan, ketika semuanya kita niatkan berjihad kepada Allah SWT, Semoga Allah mencatat kebaikan di sisi-Nya.



Adapun rukun baiat yang kelima adalah berkorban. Hasan Al Banna menyampaikan pendapatnya tentang tadhiyah ialah menyumbang jiwa dan harta, masa dan nyawa serta segala-galanya demi mencapai matlamat. Di dunia ini tiada jihad yang tidak menuntut pengorbanan. Segala pengorbanan yang disumbangkan demi gagasan ini tidak akan disia-siakan sebaliknya akan dibalas dengan ganjaran yang lebih besar dan pahala yang lebih baik. Sesiapa yang tidak mahu berkorban bersama kita dia akan menanggung dosa.
Tak ada kiranya pengertian lain tentang berkorban itu ialah mencurahkan segala apa-apa yang kita miliki. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka. (Al-Taubah: 111). Ayat lain “ Katakanlah (wahai Muhammad): Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu… (Al-Taubah: 24) Yang demikian kerana sesungguhnya (tiap-tiap kali) mereka merasai dahaga, dan merasai penat lelah.. (Al-Taubah: 120) Jika kamu taat (menjalankan perintah Allah ini), Allah akan mengurniakan kamu dengan balasan yang baik. (Al-Fath: 16).
Sungguh saudaraku, tiada yang sia-sia atas apa-apa yang kita korbankan demi kejayaan islam di bumi-Nya dan Allah SWT sebaik-baik pemberi balasan. Selanjutnya ialahrukun keenam yaitu taat. Kita sering mendengar taat itu ialah “ kami dengar dan kami patuh”. Tidak ada ruang untuk kembali bertanya atas ketaatan itu. Hasan al Banna menyampaikan ketaatan ialah akur kepada perintah dan melaksanakan secara sepontan dalam keadaan sukar atau senang, rela atau terpaksa. Jadi begitu taat nya sahabat-sahabat kepada pimpinannya Rasulullah SAW ketika mereka diperintahkan berjihad ke medan perang meninggalkan keluarga mereka meski dalam keadaan suka maupun tidak. Dan sungguh balasan yang Allah SWT berikan atas ketaatan itu tidaklah sia-sia ialah mati syahid atau hidup mulia dengan naungan islam.
Saudaraku, rukun baiat yang selanjutnya yaitu  tabah (Thabat). Hasan al Banna menyampaikan tabah bermakna seorang akh terus menerus bekerja dan berjihad untuk mencapai matlamat walau sejauhmana tempoh yang ditempuh dan memakan masa bertahun-tahun lamanya, sehingga dia bertemu dengan Allah. Dia akan memperolehi dua kejayaan, sama ada dia mencapai matlamatnya atau dia mencapai syahid di akhir nanti. Di antara orang-orang yang beriman itu, ada yang bersikap benar menunaikan apa yang telah dijanjikannya kepada Allah (untuk berjuang membela Islam); maka di antara mereka ada yang telah selesai menjalankan janjinya itu (lalu gugur syahid), dan di antaranya ada yang menunggu giliran; dan mereka pula tidak mengubah (apa yang mereka janjikan itu) sedikitpun. (Al-Ahzab: 23).
 Bagi kita, masa adalah salah satu penyelesai masalah. Jalan ini memang jauh apalagi apabila ia terpaksa melalui berbagai aral rintangan. Namun demikian ini adalah jalan yang mampu membawa kita kepada  surge-Nya. Ditambah pula dengan ganjaran dan pahalanya yang besar. Rukun yang seterusnya ialah Jatidiri (Tajarrud).  “(Katakanlah wahai orang-orang yang beriman: Agama Islam, yang kami telah sebati dengannya ialah): celupan Allah yang mencorakkan seluruh kehidupan kami dengan corak Islam); dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah? (Al-Baqarah: 138) Jatidiri ialah kita memberikan tumpuan sepenuhnya kepada fikrah atau gagasan kita dan kita ketepikan semua prinsip dan tokoh lain selain daripada gagasan anda kerana gagasan anda adalah yang paling mulia, paling lengkap dan paling tinggi. Tentunya ruang itu yang telah ada semua nya bersumber dari Al Quran dan Al Hadits, bukan semata-mata keegoisan kita.
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain umpama bangunan yang saling kuat memperkuat antara satu sama lain. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, setengahnya menjadi penolong bagi setengahnya yang lain. (Al-Taubah: 71). Persaudaraan muslim. Sungguh, islam telah menjadi rahmat bagi semesta alam. Dengan datangnya islam, tidak ada jurang pemisah antar majikan dengan budaknya, yang kaya dengan kaum fakir, yang jauh dengan yang dekat, semuanya semata-mata ialah atas ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Begitu indah ketika persaudaraan itu lebih kita utamakan saat ego-ego kita menguap dan badai permusuhan itu mulai menerjang.
Rukun baiat yang terakhir ialah Percaya (Thiqah). Bagaimana kita sebagai prajurit, bawahan, haruslah menaruh kepercayaan sejati atas apa-apa yang telah pimpinan kita putuskan. Kepercayaan yang bersumber ketaatan kepada Allah dan Rasulnya yang mengikhlaskan hati dan raganya demi kerja-kerja dakwah ini. Tidak ada keraguan pada dirinya atas apa-apa ketetapan padanya. “Maka demi Tuhanmu (wahai Muhammad)! Mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan engkau hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa yang telah engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya. (Al-Nisa’: 65).
Hasan al Banna mengatakan, pimpinan adalah sebahagian daripada dakwah. Dakwah pula tidak akan wujud tanpa pimpinan. Sejauhmana wujud hubungan saling percaya-mempercayai antara pimpinan dan tentera ini akan menentukan kekuatan sistem sesebuah jamaah, kekemasan strateginya, kejayaannya untuk mencapai matlamat dan sejauhmana ia mampu mengatasi segala rintangan dan cabaran. Itulah kesepuluh rukun baiat yang telah kita pelajari bersama, semoga dapat terhujam nun jauh dihati kita dan dapat diamalkan dalam kerja-kerja dakwah kedepan. Sungguh, perjalanan ini tidaklah mudah saudaraku. Aral rintangan sedang menunggumu di depan. Hadapilah dan tenanglah. Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin ada bersamamu.
Sampai disini penjelasan dari saya, semoga bermanfaat dan apabila ada hal-hal yang kurang berkenan saya mohon ampun kepada Allah SWT .
Wassalamu’alaikum wr wb.

Dibaca dari berbagai sumber semoga bermanfaat :)

1 komentar: